cengkeh
Biologi Cengkeh

Cengkeh Syzygium aromaticum (L).diduga berasal dari Indonesia dan saat ini dibudidayakan secara luas di Amerika (Brazilia, Haiti, Mexico), Asia (India, Malaysia dan Srilanka) dan Afrika (Madagaskar, Kenya, Mauritus, Tanzania). Cengkeh dapat tumbuh optimal pada area dengan ketinggian 0 – 1000 meter, namun dilaporkan akan memberikan hasil panen optimal pada daerah dengan kisaran pertumbuhan 300 – 600 dpal dengan suhu berkisar antara 22°-30°C. Diatas ketinggian 900 dpl tidak dianjurkan melakukan budidaya cengkeh karena suhu terlalu dingin, dan seringkali terjadi kekurangan air. Curah hujan tahunan yang sesuai bagi pertumbuhan cengkeh adalah 1500-2500 mm (De Guzman CC and Siemonsma. 1999).

Cengkeh adalah tanaman hijau sepanjang tahun (evergreen) berukuran kecil-medium dengan ketinggian tanaman dewasa dapat mencapai 8-25 m. Tanaman cengkeh membentuk kanopi berukuran medium, sehingga masih sesuai sebagai tanaman sela pada system agroforestry kopi. Percabangan banyak dan semi tegak (semi erect). Daun licin dan tak berbulu (glabrous), dengan kandungan kelenjarkelenjar minyak pada bagian bawah permukaan daun. Cengkeh yang tumbuh di kebun tumbuh dengan dua perawakan utama, cengkeh berbentuk piramida dan cengkeh berbentuk silinder. Cengkeh yang tumbuh membentuk tajuk piramida umumnya dijumpai di perkebunan, dengan jarak tanam yang lebar dan tidak ada kompetisi dengan tanaman lain dalam memperebutkan energy matahari. Cengkeh berbentuk silinder biasanya dijumpai di perkebunan rakyat, dimana cengkeh tumbuh bercampur dengan tanaman lainnya. Dilihat dari kerindangannya, pohon cengkeh dapat dibedakan atas cengkeh sangat rindang, cengkeh tidak rindang dan peralihan diantara keduanya.

Cengkeh adalah tumbuhan berumah satu (monoecious), bunga bersifat hermafrodit dan dapat mengadakan pembuahan sendiri. Tumbuhan mulai dewasa dan menunjukkan produktifitas pada umur antara 8-10 tahun setelah tanam. Buah matang pada masa 9 bulan setelah polinasi. Masa pembungaan bervariasi antar wilayah. Di India pembungaan terjadi antara februari-maret dalam satu tahun, di Zanzibar (Tanzania) terjadi antara Juli-September. Di Jawa, panen raya cengkeh dimulai pada musim kemarau, terutama Agustus-Oktober. Pembentukan buah normalnya terjadi pada 5-6 bulan setelah pembungaan.

Di Indonesia, terdapat empat jenis cengkeh, yaitu Si Kotok, Si Putih, Zanzibar dan Ambon. Diantara jenis cengkeh tersebut, cengkeh Zanzibar umum dibudidayakan karena adaptabilitas dan produktifitasnya yang tinggi dengan jumlah pertandan dapat mencapai > 15 bunga. Cengkeh Zanzibar mempunyai bunga berwarna agak merah, sementara cengkeh Si Kotok dan Si Putih mempunyai bunga berwarna kuning-putih. Ciri lain dari Cengkeh Zanzibar adalah tanaman membentuk tajuk yang rimbun dengan daun pucuk berwarna merah muda dan tangkai daun hijau tua. Jenis cengkeh ini banyak dijumpai di kebun-pekarangan rumah, dan relatif mudah dikenali karena warna bunganya.

Budidaya cengkeh di kebun tidak lepas dari ancaman hama dan penyakit tanaman. Sampai saat ini, hama penting utama cengkeh antara lain adalah Kutu daun (Coccus viridis), Penggerek Ranting/Batang (Xyleborus sp.), Kepik Helopeltis (Helopeltis sp.), Penyakit mati bujang (Xylemlimited bacterium), dan Penyakit busuk akar (Pytium rhizoctonia dan Phytopthora). Pada tempat-temat yang lembab dan curah hujan relatif tinggi di daerah pegunungan, batang dan ranting cengkeh yang tumbuh dan kurang mendapat perawatan sering menjadi habitat bagi lumut kerak (Lichens), sisik naga, benaludan tumbuhan paku sarang burung.

Aspek ekonomi cengkeh

Cengkeh adalah salah satu tanaman bernilai ekonomi tinggi dalam ekosistem kebun dan pekarangan rumah. Bagian utama yang dimanfaatkan adalah bunga . Cengkeh sengaja ditanam sebagai salah satu tanaman pokok diantara berbagai jenis tanaman kebun lainnya. Cengkeh di perkebunan rakyat terutama ditanam untuk memenuhi industri rokok (kretek) tradisional , kosmetik, kesehatan, makanan dan minyak atsiri. Produksi cengkeh dari tahun ke tahun fluktuatif, namun menunjukkan pendapatan ekonomi yang semakin meningkat.

Di Indonesia, pusat-pusat budidaya dan penghasil cengkeh tersebar antara lain di perkebunan rakyat di Sumatra, Jawa, Sulawesi dan pulau-pulau di Indonesia timur. Di Sumatra, cengkeh terutama banyak dibudidayakan di kebun masyarakat di Aceh, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau. Di Jawa, pusat cengkeh adalah Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Pulau Jawa, Jawa timur adalah produsen cengkeh tertinggi. Cengkeh juga tumbuh di kebun kebun masyarakat di Bali dan Nusa Tenggara Timur. Dari data statistik cengkeh nasional, masyarakat di Pulau Kalimantan hampir dikatakan tidak pernah membudidayakan cengkeh sebagai salah satu produk perkebunan rakyat. Di Sulawesi, propinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat adalah penghasil utama cengkeh. Maluku dan Maluku Utara sejak lama dikenal sebagai salah satu pusat cengkeh di Nusantara. Cengkeh sedikit di budidayakan baik di Papua maupun Papua Barat. Secara nasional, statistic produksi cengkeh tahun 2010-2014 mencatat bahwa Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat adalah kontributor utama cengkeh nasional.

Kandungan kimia dan nutritif

Semua bagian tumbuhan cengkeh, terutama daun dan bunga bersifat aromatik. Kandungan kimia cengkeh telah diteliti oleh berbagai ahli karena potensinya. Cengkeh dikenal sebagai salah satu sumber senyawa fenolik sebagai flavonoid, hidroxibenzoic acids, hidroxicinamic acids dan hidroxiphenyl propens. Eugenol adalah senyawa bioaktif utama cengkeh, dimana konsentrasinya dapat mencapai 9.381,70 sampai 14,650 mg per 100 gram material segar tanaman.

Kandungan eugenol diperkirakan mencapai 72-90%. Selain eugenol, minyak-minyak esensial lainnya adalah acetyl eugenol, betacaryophyllene dan vanillin, Crategolic acid, tannins, gallotannic acid, dan methyl salicylate. Selain itu terdapat pula flavonoids eugenin, kaempferol, rhamnetin dan eugenitin. Kandungan lainnya adalah Triterpenoids seperti oleanolic acid (Bhowmik et al., 2012; Cortés-Rojas et al., 2014)


Dari jenis-jenis cengkeh yang ada, terdapat perbedaan potensi produksi, kadar minyak atsiri dan kadar eugenol yang dihasilkan. Sementara, kandungan nutrisi cengkeh per 100 telah dianalisis oleh USDA sebagaimana dicantumkan dalam table dibawah.

Pemanfaatan cengkeh

Pemanfaatan dan fungsi dari cengkeh telah dilaporkan secara luas, baik secara empirik maupun ilmiah. Cengkeh dimanfaatkan dalam bentuk segar, kering, serbuk, dan larutan ekstraksi dari materil cengkeh. Secara luas, masyarakat mengenal bunga kering cengkeh sebagai bahan baku rokok kretek. Bunga kering cengkeh juga dimanfaatkan dalam minuman dan pembuatan kue. Cengkeh dipanen secara langsung dari kebun dan dikeringkan dengan cara tradisional di bawah terik sinar matahari.

Manfaat cengkeh bagi kesehatan antara lain adalah membantu mengatasi dan mengobati sakit gigi, peradangan, mengatasi mual dan muntah, meningkatkan sistem pencernakan, dan meredakan batuk. Secara empirik, cengkeh juga digunakan sebagai obat kolera. Campuran cengkeh dengan herba lainnya seperti adas, asam trengguli, pulasari, kencur dan daun blustru secara empiric digunakan untuk mengatasi haid tidak lancar.
Untuk pemakaian luar, cengkeh dimanfaatkan untuk mengatasi jerawat, menghilangkan noda di kulit, mengobati campak dan sumber anti oksidan yang bermanfaat dalam menjaga Kesehatan wajah dan kulit. Cengkeh dilaporkan dapat berperan sebagai anti jamur dan anti bakteri. Minyak cengkeh berserta komponenkomponen minyak herbal lainnya dimanfaatkan dalam aromaterapi. Cengkeh juga dilaporkan sebagai kondisioner dan mencegah rambut rontok. Untuk penggunaan lainnya, cengkeh berpotensi sebagai pengusir nyamuk.

Cengkeh sebagai tanaman kebun dan pekarangan rumah

Laporan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Tahun 2014 menyebukan bahwa peran penting perkebunan rakyat dalam menghasilkan cengkeh nasional sangat besar, yaitu sekitar 97,43%. Cengkeh ditanam dikebun dan pekarangan rumah sebagai tanaman multifungsi. Secara ekonomik, di kebun agroforestry Masyarakat cengkeh seringkali bercampur dengan tanaman lainnya seperti kopi, pala, manggis, dan durian dengan komposisi yang beragam mengikuti selera petani. Suatu kebun agroforestry dapat terdiri dari tanaman kopi sebagai tanaman utama dan cengkeh sebagai tanaman sela yang berjajar rapi. Pada kebun yang lain, cengkeh tumbuh bersama dengan durian untuk memberi naungan kopi.

Populasi dan kesehatan cengkeh di beberapa daerah dilaporkan pernah dipengaruhi oleh krisis harga cengkeh di Indonesia pada beberapa dekade lalu. Meskipun produktifitas cengkeh di masa lalu pernah mencapai puncak kejayaan, sejak tahun 1996 produksinya mengalami penurunan. Gejala penurunan cengkeh sebenarnya sudah mulai terlihat pada tahun 1990an, dimana luas lahan budidaya cengkeh mulai turun. Ketidakpastian harga, fluktuasi hasil panen, rendahnya penguasaan teknologi budidaya cengkeh, dan serangan penyakit menjadi factor-faktor penentu bagi kemunduran produktifitas cengkeh di Indonesia. Rendahnya harga cengkeh menyebabkan banyak cengkeh di kebun dibongkar dan diganti dengan tanaman lain. Beberapa petani tidak membongkar tanaman cengkeh dari kebun, tetapi tidak melanjutkan perawatan sehingga pohon cengkeh menjadi rusak dan tidak produktif. Namun demikian, mulai tahun 2000an, area budidaya dan produksi cengkeh mulai meningkat. Permintaan cengkeh oleh industri rokok kretek adalah salah satu factor yang merangsang petani untuk mulai menanam cengkeh.

Sebagai tanaman kebun campuran, pengelolaan dan pemanen cengkeh dilakukan dalam skala rumah tangga tanpa menggunakan teknologi. Petani biasanya melibatkan anggota keluarga atau mempekerjakan buruh petik untuk memanen, memisahkan tangkai bunga dan bunga serta mengeringkan di bawah terik matahari. Cengkeh-cengkeh yang telah kering biasanya langsung disetorkan ke pengepul.

Sampai saat ini terdapat empat jenis cengkeh yang tumbuh dan dibudidayakan oleh petani di Indonesia, yaitu Si Kotok, Si Putih, Zanzibar dan Ambon. Cengkeh jenis Zanzibar secara luas dibudidayakat oleh masyarakat dan perkebunan besar. Sampai saat ini, penelitian terkait aspek genetik cengkeh di Indonesa masih sangat kurang.

Keberadaan cengkeh di kebun rawan hilang karena aspek harga yang tidak menentu. Harga cengkeh yang rendah tidak sesuai dengan penjualan hasil panen sehingga menyebabkan banyak tanaman cengkeh diganti dengan tanaman lain. Banyak populasi cengkeh di kebun masyarakat telah tua dan tidak mengalami peremajaan. Tanaman-tanaman baru biasanya tumbuh dari bibit liar, dan jarang dari masyarakat yang menanam tanaman baru yang telah diketahui dan dijamin kualitasnya. Beberapa tanaman cengkeh dewasa yang tumbuh saat ini banyak yang berasal dari bibit liar. Tanaman cengkeh yang tumbuh liar dari bunga biji yang jatuh di kebun tidak memberikan kepastian hasil di masa mendatang. Beberapa tanaman dapat menghasilkan bunga yang baik, namun tidak jarang tanaman mempunyai produktifitas yang rendah.

Disadur dari : Luchman Hakim, Rempah & Herba Kebun-Pekarangan Rumah Masyarakat: Keragaman, Sumber Fitofarmaka dan Wisata Kesehatan-kebugaran, Diandra Pustaka Medika 2015

JURNAL PENELITIAN TERKAIT ARTIKEL
PRODUK JAMU TERKAIT ARTIKEL
HUBUNGI KAMI :
Share it :
Facebook
WhatsApp
Email
Print

Artikel menarik lainnya

virus zika
Virus Zika

Apa Itu Virus Zika Virus Zika adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan…

listeria
Listeria

Listeria atau listeriosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang biasanya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Comment

Name

Home Toko Keranjang 0 Wishlist Akun

Login

Menu Utama
Hello, Masuk
Keranjang Belanja(0)

Belum ada produk di keranjang Belum ada produk di keranjang