Jamu pada masa jaman Majapahit : 7 Fakta Menarik, Jenis Jamu, Bahan, Cara Pengolahan dan Manfaatnya
Jamu merupakan bagian dari warisan budaya Indonesia yang telah ada selama berabad-abad. Kata “jamu” sendiri berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu “jampi” yang berarti mantra atau doa serta “oesodo” yang berarti kesehatan. Artinya, dari awal, jamu bukan sekadar ramuan herbal, melainkan juga mengandung nilai spiritual dan kepercayaan.
Sejarah mencatat bahwa penggunaan jamu sebagai obat dan pemeliharaan kesehatan sudah dilakukan sejak zaman kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara, termasuk Kerajaan Majapahit. Dalam konteks ini, penting untuk menjawab pertanyaan: apakah orang di zaman Majapahit mengkonsumsi jamu?
Gambaran Umum Kerajaan Majapahit dan Gaya Hidupnya
Kerajaan Majapahit berdiri pada abad ke-13 dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14. Dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di Asia Tenggara, Majapahit memiliki sistem pemerintahan yang teratur, perdagangan internasional yang maju, serta kebudayaan yang sangat kaya.
Masyarakatnya sangat memerhatikan kesehatan dan spiritualitas. Gaya hidup mereka mencerminkan keseimbangan antara tubuh, jiwa, dan alam—landasan yang sangat mendukung berkembangnya tradisi jamu.
Bukti Sejarah Konsumsi Jamu di Zaman Majapahit
Beberapa prasasti dan naskah kuno, seperti Kitab Serat Centhini dan Kakawin Nagarakretagama, menyebutkan penggunaan tanaman obat dan ramuan tradisional. Bahkan dalam artefak yang ditemukan di Trowulan—bekas pusat Kerajaan Majapahit—terdapat alat-alat yang digunakan untuk menggiling atau meracik jamu.
Selain itu, banyak lukisan dan relief di candi-candi yang menggambarkan perempuan sedang menumbuk ramuan atau membawa wadah yang diduga berisi jamu.
Jenis-Jenis Jamu yang Populer di Masa Majapahit
Beberapa jenis jamu yang diyakini telah dikenal dan digunakan pada masa Majapahit antara lain:
- Beras Kencur: untuk stamina dan menyegarkan tubuh
- Kunyit Asam: sebagai peluruh haid dan antioksidan
- Pahitan: untuk detoksifikasi dan mengatasi gangguan pencernaan
- Sinom: dibuat dari daun asam muda, baik untuk kulit dan daya tahan tubuh
- Temulawak: memperkuat fungsi hati dan meningkatkan nafsu makan
Bahan-Bahan Tradisional yang Digunakan dalam Jamu Majapahit
Masyarakat Majapahit menggunakan berbagai jenis tanaman herbal yang kini masuk dalam daftar Tumbuhan Obat Indonesia (TOI), di antaranya:
Nama Bahan | Fungsi Utama |
---|---|
Kunyit | Anti-inflamasi, peluruh haid |
Kencur | Menambah stamina, obat batuk |
Jahe | Menghangatkan tubuh, antiradang |
Temulawak | Liver tonic, memperbaiki pencernaan |
Asam Jawa | Antioksidan, menurunkan kolesterol |
Daun Sirih | Antiseptik, penyegar mulut |
Bahan-bahan ini diperoleh dari hutan atau kebun keluarga, lalu diolah dengan teknik-teknik sederhana namun efektif.
Cara Mengolah Jamu pada Masa Majapahit
Pengolahan jamu dilakukan secara manual. Berikut tahapan umum yang dilakukan:
- Pemanenan bahan segar
- Pencucian dan penjemuran bahan
- Penumbukan menggunakan alu dan lumpang
- Perebusan dalam periuk tanah liat
- Penyaringan dan penyimpanan dalam tempayan tanah
Rasa jamu biasanya pahit atau asam, sehingga kadang ditambahkan madu atau gula aren sebagai pemanis alami.
Peran Dukun dan Empu dalam Produksi Jamu
Pada masa Majapahit, dukun dan empu memegang peranan penting dalam meracik jamu. Mereka tidak hanya memahami bahan dan dosis, tapi juga memahami waktu yang tepat untuk membuat jamu, sesuai dengan kalender Jawa dan posisi bintang.
Manfaat Kesehatan Jamu Menurut Kepercayaan Masyarakat Majapahit
Menurut kepercayaan saat itu, jamu tidak hanya menyembuhkan penyakit fisik, tapi juga memperkuat batin. Beberapa manfaat yang dipercaya antara lain:
- Memperpanjang umur
- Menjaga kecantikan dan kebugaran
- Menenangkan pikiran
- Menolak bala dan penyakit gaib
Hubungan antara Jamu, Spiritualitas, dan Ritual di Majapahit
Jamu sering digunakan dalam ritual keagamaan atau upacara adat seperti selamatan, ruwatan, dan tingkeban. Konsumsi jamu juga disertai dengan doa dan mantra agar manfaatnya optimal, memperlihatkan bahwa jamu dianggap sebagai bagian dari spiritualitas.
Jamu Sebagai Simbol Status Sosial dan Kebangsawanan
Menariknya, jamu tertentu hanya boleh dikonsumsi oleh kalangan bangsawan atau prajurit elit. Jamu ini biasanya menggunakan bahan langka dan berkhasiat tinggi, seperti akar bajakah atau akar alang-alang emas.
Perbandingan Jamu Majapahit dengan Jamu Modern
Aspek | Jamu Majapahit | Jamu Modern |
---|---|---|
Bahan | Alami dan segar | Terkadang ekstrak/suplemen |
Pengolahan | Manual, tradisional | Otomatis, pabrik |
Spiritualitas | Sangat penting | Tidak terlalu dominan |
Bentuk | Cair | Cair, kapsul, atau serbuk |
Warisan Budaya: Pengaruh Jamu Majapahit di Masa Kini
Banyak resep jamu modern masih menggunakan formula dari era Majapahit. Bahkan beberapa produsen jamu besar di Indonesia mengklaim resep mereka berasal dari leluhur kerajaan.
Tantangan Melestarikan Jamu Tradisional
Meski kaya manfaat, jamu menghadapi berbagai tantangan:
- Generasi muda kurang tertarik
- Dominasi obat kimia modern
- Kurangnya dokumentasi resep kuno
Inovasi dalam Dunia Jamu: Dari Tradisi ke Industri
Kini, banyak startup dan UMKM mengembangkan jamu menjadi produk ready-to-drink (RTD), permen herbal, hingga skincare berbahan jamu. Ini menjadi jembatan antara tradisi dan modernisasi.
Comments (1)