Kanker Paru-Paru : Dari Klasifikasi Molekuler hingga Pendekatan Terapi Integratif
I. Dasar Patofisiologi, Klasifikasi, dan Staging Kanker Paru
1.1 Definisi Medis dan Klasifikasi Histologis Kanker Paru
Kanker paru-paru (KPP) didefinisikan secara medis sebagai kondisi pertumbuhan sel ganas yang tidak terkontrol yang berasal dari jaringan paru-paru. Penentuan klasifikasi histologis yang tepat sangat vital dalam onkologi paru karena berdampak langsung pada prognosis pasien dan pilihan pengobatan yang akan diambil. KPP secara garis besar dibedakan menjadi dua jenis utama berdasarkan penampakan sel: Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) dan Small Cell Lung Cancer (SCLC).1
NSCLC adalah jenis yang paling umum, menyumbang sekitar 80–85% dari seluruh kasus KPP. NSCLC dibagi lagi menjadi Adenocarcinoma, Squamous Cell Carcinoma (SCC), dan Large Cell Carcinoma.1 Jenis NSCLC ini memiliki relevansi klinis yang tinggi karena sering menunjukkan adanya mutasi onkogenik spesifik (seperti EGFR atau EML4-ALK) 1, yang menjadikannya target yang efektif untuk terapi presisi. Sebaliknya, SCLC adalah jenis yang lebih agresif, menyumbang 10–15% kasus. SCLC secara tradisional dikelompokkan berdasarkan sejauh mana penyebarannya, yaitu sebagai Limited Disease atau Extensive Disease 2, dan penanganannya cenderung bergantung pada pendekatan sistemik agresif seperti Kemoterapi atau Imunoterapi.3
1.2 Faktor Risiko, Etiologi, dan Prevensi
Etiologi KPP bersifat multifaktorial, meskipun kebiasaan merokok tetap merupakan faktor risiko terbesar yang secara signifikan meningkatkan kemungkinan seseorang menderita penyakit ini.4 Selain perokok aktif, paparan asap rokok pasif juga merupakan pemicu risiko yang substansial. Oleh karena itu, langkah pencegahan utama dan yang paling vital adalah penghentian kebiasaan merokok dan penghindaran total dari paparan asap rokok, baik di lingkungan rumah maupun pekerjaan.4
Namun, keberadaan KPP pada non-perokok menunjukkan peran penting faktor risiko lainnya. Faktor lingkungan, seperti paparan Gas Radon, polusi udara, dan kurangnya ventilasi yang memadai di dalam ruangan, dapat memicu perkembangan penyakit ini.5 Pada tingkat seluler, NSCLC, khususnya Adenocarcinoma yang sering menyerang non-perokok, diketahui memiliki mutasi onkogenik (misalnya pada reseptor EGFR atau EML4-ALK).1 Mutasi ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan mendorong pertumbuhan kanker. Perkembangan ilmu onkologi menunjukkan pergeseran fokus diagnostik dari patologi deskriptif ke patologi prediktif. Diagnosis modern tidak cukup hanya histologis (NSCLC vs SCLC) tetapi harus mencakup analisis molekuler ekstensif (seperti status EGFR, ALK, PD-L1). Tanpa pengujian biomarker yang memadai, pasien berpotensi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan terapi target yang memiliki efektivitas tinggi dan efek samping yang lebih minimal dibandingkan kemoterapi konvensional.
1.3 Sistem Staging Internasional (AJCC TNM System)
Penentuan stadium (staging) kanker sangat krusial karena memengaruhi prognosis dan merupakan dasar untuk menentukan strategi terapi yang optimal.6 Sistem Tumour, Node, Metastasis (TNM), yang dikembangkan oleh American Joint Committee on Cancer (AJCC), adalah sistem yang paling umum digunakan untuk penentuan stadium NSCLC, dan kini direkomendasikan juga untuk SCLC.2
Sistem TNM didasarkan pada tiga komponen kunci yang digabungkan menjadi stadium akhir (Stage 0 hingga IV):
- T (Tumour): Menjelaskan ukuran dan tingkat invasi tumor primer. Kategorisasi T1 hingga T4 menunjukkan peningkatan ukuran tumor atau penyebaran lokal, misalnya T1a (ukuran 1 cm atau kurang) hingga T1c (2–3 cm).2
- N (Node): Menunjukkan penyebaran sel kanker ke kelenjar getah bening (KGB) regional terdekat.6
- M (Metastasis): Menunjukkan adanya penyebaran ke organ atau lokasi yang jauh, seperti otak, tulang, hati, atau paru-paru kontralateral.6 Adanya M1 secara langsung menandai penyakit stadium lanjut (Stadium IV).
Tabel 1.1: Kategorisasi Utama Sistem Staging TNM (AJCC) untuk Kanker Paru NSCLC
| Kategori | Definisi Parameter | Implikasi Klinis Signifikan |
| T (Tumour) | Ukuran dan invasi tumor primer (T1-T4). | Menentukan kelayakan dan jenis pembedahan (Segmentektomi vs. Lobektomi). T1a-T1c berkorelasi dengan ukuran dan memengaruhi sub-staging awal.2 |
| N (Node) | Penyebaran ke Kelenjar Getah Bening regional terdekat. | Indikator risiko kekambuhan dan perlunya terapi sistemik/radiasi tambahan (adjuvan). |
| M (Metastasis) | Penyebaran ke organ jauh (M1). | Menandai penyakit stadium lanjut (Stadium IV) yang memerlukan penanganan sistemik (Terapi Target, Imunoterapi, Kemoterapi).6 |
II. Presentasi Klinis dan Manifestasi Penyakit
Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan KPP adalah bahwa gejala pada stadium awal seringkali non-spesifik, sehingga diagnosis baru ditegakkan ketika penyakit telah mencapai stadium lanjut.4
2.1 Spektrum Gejala Stadium Awal (Early Warning Signs)
Gejala awal KPP sering disalahartikan sebagai kondisi umum seperti flu, TBC, atau bronkitis.4 Oleh karena itu, persistensi gejala adalah kunci untuk membedakannya dari penyakit non-maligna.
Gejala peringatan utama yang harus diwaspadai meliputi batuk yang berkelanjutan yang tidak kunjung sembuh dalam waktu lebih dari 2 minggu, atau batuk kronis yang memburuk seiring waktu.4 Batuk ini dapat disertai batuk berdarah (hemoptisis) atau bercak darah pada dahak, yang mengindikasikan perlunya evaluasi medis segera.4
Manifestasi klinis lainnya meliputi:
- Perubahan Suara: Suara serak yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung lebih dari 2 minggu, disebabkan oleh sel kanker yang memengaruhi saraf yang mengatur pita suara.4
- Nyeri Dada dan Sesak Napas: Nyeri dada dapat bersifat tajam, terus-menerus, atau hilang timbul, yang biasanya terasa semakin berat saat batuk atau menarik napas dalam, terjadi ketika tumor menginvasi pleura.4 Sesak napas (dispnea) dapat terjadi karena sel kanker menghalangi saluran pernapasan atau menyebabkan penumpukan cairan di sekitar paru-paru.4
- Gejala Sistemik: Penurunan berat badan secara drastis yang tidak disengaja, demam, dan rasa mudah lelah disebabkan oleh sel kanker yang menguras energi dan nutrisi tubuh.4
2.2 Manifestasi Klinis Stadium Lanjut/Metastatik
Prognosis KPP sangat terkait dengan staging; semakin lanjut stadiumnya, semakin sulit penanganannya.4 Pada Stadium IV, kanker telah menyebar jauh (M1), dan manifestasi klinis sangat bervariasi tergantung pada lokasi metastasis.4
Selain gejala konstitusional yang memburuk (penurunan berat badan, kelelahan, dan tidak nafsu makan), gejala akibat penyebaran spesifik mencakup:
- Metastasis Otak: Dapat menyebabkan sakit kepala, gangguan keseimbangan, atau kejang.4
- Metastasis Tulang: Menyebabkan nyeri tulang lokal atau nyeri pada punggung atau perut.4
- Metastasis Hati: Dapat menyebabkan penyakit kuning (jaundice).4
- Pembengkakan: Pembengkakan pada kelenjar getah bening atau pembengkakan pada jari (clubbing) juga dapat menjadi tanda penyakit yang lebih lanjut.4
Oleh karena diagnosis seringkali tertunda hingga Stage IV, yang menuntut penanganan paliatif, kewaspadaan tinggi terhadap persistensi gejala respiratori pada pasien berisiko adalah strategi kritis untuk memungkinkan intervensi kuratif.
III. Strategi Pengobatan Medis Konvensional (Allopati)
Strategi pengobatan KPP adalah multimodal, disesuaikan berdasarkan tipe histologis, stadium, dan status molekuler pasien.
3.1 Pilihan Terapi Lokal (Bedah dan Ablasi)
Terapi lokal bertujuan untuk menghilangkan tumor utama dan umumnya bersifat kuratif, diterapkan pada KPP stadium awal (Stage 0 hingga Stage III).
Pembedahan (Surgery):
- Lobektomi: Prosedur standar yang melibatkan pengangkatan satu lobus paru yang terinfeksi kanker. Ini dilakukan jika kanker masih terlokalisasi dalam satu bagian paru.7
- Pneumonektomi: Pengangkatan seluruh organ paru-paru. Prosedur ini diindikasikan jika kanker berada di tengah paru atau telah menyebar ke seluruh organ paru.7
- Segmentektomi: Pengangkatan segmen paru-paru yang lebih kecil. Prosedur ini dapat digunakan untuk KPP Stage 0 (carcinoma in situ) 3 atau pada pasien dengan keterbatasan fungsi paru.
Ablasi Termal: Merupakan alternatif non-bedah untuk tumor kecil pada stadium awal. Metode ini menggunakan jarum yang dipandu CT Scan untuk menembakkan gelombang radio bersuhu tinggi guna memusnahkan sel kanker.3 Pilihan ini dapat dipilih dibandingkan pembedahan pada tumor kecil yang terlokalisasi.3
3.2 Terapi Radiasi Lanjut dan Kemoterapi
Terapi Radiasi (Radiation Therapy): Terapi ini menggunakan radiasi energi tinggi untuk membunuh sel kanker dan sering dipadukan dengan kemoterapi.3 Jenis-jenis modern meliputi Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT), Stereotactic Radiation Therapy (SABR/SBRT), dan Brachytherapy.3
Kemoterapi: Pengobatan yang menggunakan obat sitotoksik yang membunuh sel yang membelah cepat, termasuk sel sehat, sehingga menimbulkan efek samping sistemik yang luas.1 Kemoterapi merupakan pilihan utama untuk SCLC, terutama Extensive Disease 3, karena sifatnya yang agresif dan dapat menyerang sel secara sistemik.
3.3 Terapi Target Molekuler (Targeted Therapy)
Terapi target adalah pengobatan presisi yang ideal untuk NSCLC stadium lanjut dengan mutasi onkogenik positif.1 Obat ini dirancang untuk menghambat pertumbuhan dan pembelahan kanker dengan menargetkan reseptor spesifik yang mengalami anomali, seperti EGFR, EML4-ALK, dan VEGF.1 Berbeda dengan kemoterapi yang bersifat toksik pada semua jenis sel, terapi target fokus hanya pada penghambatan perkembangan sel kanker, sehingga efek samping sistemik yang ditimbulkan cenderung lebih minimal (misalnya gangguan kulit, mual, diare, nyeri otot/sendi).1 Contoh obat meliputi Erlotinib, Osimertinib, dan Crizotinib.1 Terapi target merupakan indikasi utama sebagai terapi paliatif pada NSCLC stadium lanjut.1
3.4 Imunoterapi (Immunotherapy)
Imunoterapi adalah pendekatan sistemik yang memanfaatkan sistem kekebalan tubuh pasien untuk melawan kanker.8 Melalui mekanisme Checkpoint Inhibitors, imunoterapi bertujuan melepaskan hambatan yang digunakan sel kanker untuk bersembunyi dari sistem imun, memungkinkan sel T pasien menyerang tumor.8 Imunoterapi digunakan untuk NSCLC dan SCLC Luas. Khusus pada SCLC Luas, di mana bedah dan radiasi lokal tidak efektif, kombinasi Imunoterapi dan Kemoterapi adalah pilihan pengobatan utama yang berfokus pada perawatan paliatif untuk memperpanjang harapan hidup dan meringankan gejala.3
| Modalitas Terapi | Mekanisme Aksi Kunci | Indikasi Klinis Utama | Keterangan Penting |
| Kemoterapi | Sitotoksik, membunuh sel yang membelah cepat. | SCLC (Extensive Disease); NSCLC tanpa mutasi onkogenik teridentifikasi. | Toksisitas sistemik tinggi, tetap menjadi tulang punggung SCLC Luas.1 |
| Terapi Target | Menghambat reseptor spesifik (EGFR, ALK) yang mendorong pembelahan sel kanker. | NSCLC stadium lanjut dengan mutasi genetik positif.1 | Pengobatan presisi, efek samping umumnya lebih ringan.1 |
| Imunoterapi | Mengaktifkan sistem imun (Checkpoint Inhibitors) untuk menyerang sel kanker. | NSCLC dan SCLC Luas, sering dalam kombinasi.3 | Pendekatan modern yang fokus pada perpanjangan harapan hidup pada kasus lanjut. |
IV. Evaluasi Bukti Ilmiah Terapi Herbal Komplementer (Adjuvan)
Penggunaan terapi herbal sebagai terapi komplementer atau pendamping memiliki antusiasme tinggi di masyarakat.9 Bukti ilmiah menunjukkan bahwa herbal dapat berfungsi sebagai penunjang yang berpotensi meningkatkan kualitas hidup, mengurangi efek samping terapi konvensional, dan bahkan meningkatkan angka harapan hidup.9
4.1 Studi Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata)
Penelitian yang dilakukan menunjukkan potensi antikanker yang kuat pada ekstrak etanol sambiloto, terutama dalam menghambat hiperplasia (perkembangan awal) sel paru dan kolon.10 Mekanisme aksi yang diidentifikasi melibatkan penurunan proliferasi sel dan peningkatan apoptosis (kematian sel terprogram).10
Secara spesifik, studi eksperimental menunjukkan bahwa pemberian ekstrak sambiloto dapat menurunkan secara signifikan aktivitas enzim telomerase dan penanda proliferasi (Ki67). Enzim telomerase berperan penting dalam kehidupan sel kanker. Bersamaan dengan itu, penelitian mengonfirmasi adanya peningkatan aktivitas penanda apoptosis (caspase-3 dan caspase-7).10 Data ini menunjukkan bahwa sambiloto memiliki mekanisme multitarget yang efektif dalam menghambat perkembangan KPP stadium awal melalui induksi kematian sel terprogram.10
4.2 Efikasi Kurkuminoid dan Pengobatan Herbal Tiongkok (CHM)
Kunyit (Curcuma longa) dan Kurkuminoid: Ekstrak kunyit menunjukkan aktivitas antikanker melalui jalur katabolisme gliserofosfolipid dan metabolisme sfingolipid.9 Sebuah temuan penting adalah bahwa ekstrak kunyit total (TcE) memiliki aktivitas yang lebih baik dalam mengobati KPP dibandingkan fraksi kurkuminoid murni (kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin) secara individual.9 Hasil ini menekankan pentingnya efek sinergis multitarget dari formula herbal utuh.
Minyak Esensial Kunyit (Curcuma aromatica): Uji in vivo menunjukkan bahwa minyak esensial (mengandung zingiberene) dapat menurunkan bobot dan volume tumor dan meningkatkan ekspresi gen supresi tumor p53, merangsang apoptosis.9
Chinese Herbal Medicine (CHM): Penelitian kohort retrospektif dan analisis terkontrol menunjukkan bahwa CHM sebagai terapi komplemen pada pasien NSCLC dapat menghasilkan angka harapan hidup yang lebih baik, bahkan dengan penurunan risiko kematian hingga 35% sampai 64% pada pengguna jangka panjang.9 Selain itu, CHM berperan signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup (QOL) pasien dari segi fisik dan emosional.9 CHM juga terbukti dapat membantu mengurangi efek samping dari obat terapi target, seperti ruam dan diare akibat konsumsi gefitinib.9 Bukti ini mendukung bahwa herbal memiliki peran yang valid sebagai alat paliatif untuk membuat terapi medis konvensional lebih tertahankan dan efektif secara keseluruhan.
V. Keselamatan Pasien dan Rekomendasi Klinis Integratif
5.1 Risiko Interaksi Obat-Herbal yang Berbahaya
Meskipun potensi manfaat herbal terbukti, risiko interaksi obat-herbal adalah perhatian klinis yang serius. Pasien harus selalu memprioritaskan pengobatan medis standar (operasi, kemoterapi, terapi target, atau imunoterapi) sebagai terapi kuratif utama.11 Herbal harus berfungsi sebagai terapi pendamping (adjuvan) dan bukan pengganti.11
Wajib bagi pasien untuk mendiskusikan penggunaan herbal apa pun dengan onkologis yang merawat.9 Senyawa dalam herbal dapat berinteraksi dengan obat kanker konvensional, berpotensi mengurangi efektivitasnya atau, sebaliknya, meningkatkan toksisitasnya. Oleh karena itu, onkolog memiliki peran penting dalam mengawasi integrasi herbal ke dalam rencana perawatan, memastikan keamanan dan menghindari interaksi yang berbahaya.
5.2 Panduan Penggunaan Herbal yang Bertanggung Jawab
Penggunaan herbal yang aman dan bertanggung jawab memerlukan kehati-hatian dalam pemilihan produk. Pasien harus memilih sumber yang terpercaya dan menggunakan produk herbal yang telah teruji keamanan dan kualitasnya, serta menghindari klaim “obat ajaib” yang tidak didukung oleh data ilmiah klinis.11 Penggunaan terapi herbal harus selalu terintegrasi dalam rencana perawatan yang telah disetujui oleh dokter yang menangani agar tujuan pengobatan tercapai dengan hasil yang optimal.9
Solusi Herbal : bisa dengan penggunaan herba berikut :
- Teh hijau
- Daun sirsak
- Jahe
- Bawang putih
- Keladi tikus
Kesimpulan
Penanganan kanker paru-paru telah berkembang pesat, bergeser dari fokus sitotoksik menjadi strategi presisi yang didorong oleh analisis molekuler dan imunologi. Diagnosis dini, yang sangat sulit karena gejala awal yang non-spesifik, adalah faktor penentu prognosis utama. Pengobatan konvensional (pembedahan, radiasi, terapi target, dan imunoterapi) harus menjadi prioritas utama. Sementara itu, terapi herbal, didukung oleh bukti ilmiah yang menunjukkan efek multitarget dalam meningkatkan apoptosis dan kualitas hidup (QOL), memiliki peran signifikan sebagai terapi komplementer. Keberhasilan integrasi terapi ini sangat bergantung pada komunikasi terbuka antara pasien dan onkolog untuk mengelola risiko interaksi dan memastikan keamanan pasien.
Sumber :
1. oncodoc.id -MENGENAL TERAPI TARGET PADA KANKER PARU
2. cancerresearchuk.org – TNM staging for lung cancer
3. icononcology.com.my – Lung Cancer Treatment Explained
4. alodokter.com – Kenali Gejala Kanker Paru-paru Stadium Awal
5. bumame.com – Faktor Risiko Kanker Paru: Bukan Hanya Karena Rokok
6. cancer.org – Non-small Cell Lung Cancer Stages
7. hellosehat.com – 6 Jenis Pengobatan untuk Pasien Kanker Paru
8. siloamhospitals.com – Kenali Imunoterapi sebagai Pilihan Pengobatan …
9. jurnal.unpad.ac.id – TUMBUHAN HERBAL SEBAGAI TERAPI KOMPLEMEN …
10. unair.ac.id – Potensi Ekstrak Sambiloto untuk Pengobatan Kanker Paru …
11. oneonco.co.id – Herbal Dapat Mencegah dan Mengobati Kanker? Cek Faktanya




