Asilact : Pelancar ASI untuk Cegah Stunting Anak

asilact

ASILACT MEMBANTU MELANCARKAN ASI (AIR SUSU IBU)

Komposisi Tiap Kapsul:
1. Sauropus Androgynous Folium 300 mg
2. Curcumae Xanthorrizae Rhizoma 100 mg
3. Moringa Oleifera Folium 50 mg

Aturan Pakai:
1 kali sehari 2 kapsul (Isi per botol 30 kapsul)
Aturan Penyimpanan:
Simpan di bawah suhu 30℃ di tempat kering dan terlindung dari sinar matahari

MENGAPA HARUS MEMILIH ASILACT ?

Asilact memiliki peran penting dalam memberikan dukungan kepada ibu yang sedang menyusui untuk memastikan pasokan ASI yang cukup untuk bayi.

LATAR BELAKANG PRODUK

Stunting adalah kondisi kronis akibat kekurangan gizi yang terjadi karena asupan gizi yang tidak tercukupi selama periode waktu yang cukup lama karena pola makan yang tidak memenuhi kebutuhan gizi seharusnya. Keadaan kekurangan gizi pada masa awal kehidupan dapat meningkatkan angka kematian pada bayi dan anak, serta menyebabkan penderitanya rentan terhadap penyakit dan pertumbuhan fisik yang tidak optimal pada masa dewasa (Sr. Anita, 2020). Stunting merupakan suatu kondisi dimana adanya ketidaknormalan berupa tinggi badan seseorang yang lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya yang seusia. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak menyatakan bahwa kondisi pendek dan sangat pendek merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) (Faisal dkk., 2018). Stunting mulai terjadi dari janin masih dalam kandungan dan akan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Stunting pada balita perlu diberi perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting juga berkaitan dengan meningkatnya risiko sakit dan kematian. Selain itu stunting juga dapat menghambat pertumbuhan kemampuan motorik dan mental, serta memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif.

Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit infeksi, oleh karena itu akan ada risiko menurunnya kualitas belajar di sekolah (Indrawati, 2016). Hasil data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun 2013 menunjukkan prevalensi stunting pada balita sebanyak 37,2% dan pada tahun 2018 prevalensi ini menurun menjadi 30,8% (Kemenkes, 2018). Data prevalensi stunting tersebut menunjukkan bahwa kejadian stunting di Indonesia masih menjadi masalah yang cukup besar karena prevalensi melebihi batas toleransi yang ditetapkan WHO yaitu 20% (Kemenkes, 2016). Turunnya angka kejadian stunting merupakan tujuan dari implementasi tercapainya target Sustainable Development Goals (SGDs) nomor dua yaitu end hunger, achieve security, and improved nutrition and promote sustainable agriculture pada tahun 2030 guna mengakhiri kekurangan gizi baik kejadian stunting dan kelaparan pada anak dibawah lima tahun di dunia.

Salah satu faktor penyebab terjadinya stunting pada balita adalah asupan makanan yang tidak seimbang. Asupan makanan yang tidak seimbang ini termasuk dalam pemberian ASI eksklusif yang seharusnya diberikan selama 6 bulan (Fitri, 2018). ASI diberikan sejak bayi lahir sampai berusia 6 bulan dan dilanjutkan hingga berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk tumbuh kembangnya. Bayi hanya perlu diberi ASI tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air teh, madu, air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan, bubur, maupun nasi tim selama 6 bulan (Mufdilah, 2017). ASI merupakan sumber gizi terbaik untuk bayi karena mengandung nutrisi yang paling cocok dengan kebutuhan bayi dan menyediakan perlindungan alami terhadap berbagai penyakit. World Health Organization merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi rekomendasi yang diberikan WHO sejak tahun 2004 melalui Kepmenkes No. 450/MENKES/IV/2004 yang mengatur pemberian ASI eksklusif kepada bayi di Indonesia, serta melalui undang-undang No. 36 pasal 128 tahun 2009 tentang kesehatan (Fahriani dkk., 2016). UNICEF memperkirakan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak di bawah usia lima tahun. Namun menurut Kemenkes (2018) bayi di Indonesia pada tahun 2017 yang mendapat ASI eksklusif hanyalah 61,33% dimana masih di bawah target yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 80%.

Rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya status gizi bayi dan balita. Sebagian ibu postpartum yang produksi ASI nya tidak lancar akan memberikan susu formula (sufor) untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang kemudian akan mempengaruhi produksi ASI (Djanah, 2017). Sekresi ASI dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti makanan, pemeliharaan payudara, ketenangan jiwa dan fikiran seorang ibu, penggunaan kontrasepsi, anatomis payudara, factor istirahat, faktor isapan bayi, faktor IMD, serta faktor obat-obatan. Upaya untuk meningkatkan volume ASI adalah dengan mengkonsumsi herbal yang bersifat laktagogum. Tanaman herbal laktagogum telah digunakan oleh ibu menyusui yang mengalami masalah ASI untuk meningkatkan volume ASI (Othman dkk., 2014). Laktagogum adalah substansi makanan atau obat yang dipakai untuk merangsang, menjaga, dan meningkatkan produksi ASI. Pertimbangan dalam penggunaan laktagogum meliputi evaluasi terhadap kinerja, keamanan, dan jangka waktu penggunaannya (Wulandari, 2020).

DESKRIPSI PRODUK

Asilact adalah produk laktagogum herbal dari Gama Herbal yang diproduksi oleh PT Swayasa Prakarsa. Produk ini dirancang untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui sehingga menjadikannya pilihan utama dalam memperlancar ASI. Herbal laktagogum ini dikenal memiliki efek samping yang minimal. Asilact mengandung daun katuk (Sauropus androgynus), daun kelor (Moringa oleifera), dan temulawak (Curcuma zanthorrhiza) sebagai komposisi utamanya. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah salah satu tanaman yang diyakini dapat mendukung produksi ASI karena mengandung minyak esensial yang dapat memudahkan pelepasan ASI. Tidak hanya temulawak, daun katuk atau Saoropus androgynus juga diyakini dapat membantu meningkatkan produksi ASI. Selain itu, Moringa oleifera atau daun kelor juga termasuk salah satu tanaman herbal laktagogum yang berguna untuk meningkatkan volume ASI dengan cara meningkatkan prolaktin dan menyediakan nutrisi penting (Foong dkk., 2020). Produk ini merupakan hasil riset dari Prof. Dr. apt. Mustofa, M. Kes, seorang dosen dari FKKMK Universitas Gadjah Mada. Saat ini Asilact telah mendapatkan izin edar BPOM dengan nomor POM TR 213374721.

ALASAN PEMILIHAN SEDIAAN KAPSUL

Produk asilact ini memiliki bentuk sediaan berupa kapsul. Pemilihan bentuk kapsul ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti berikut:

a. Kecepatan Tindakan: Kapsul memiliki kecenderungan untuk larut lebih cepat disbanding tablet, sehingga mampu mengatasi gejala dengan lebih cepat.

b. Menutupi rasa: Kapsul merupakan opsi yang tepat untuk mengonsumsi herbal dalam bentuk serbuk karena dapat menyamarkan rasa dan tekstur yang kurang mengenakkan.

c. Tahan Terhadap Kerusakan (Tamper-resistant): Kapsul dirancang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dipecah, dibelah, atau dihancurkan seperti tablet. Sehingga, kapsul dapat dikonsumsi dengan lebih aman dan efektif daripada tablet.

d. Penyerapan yang Lebih Baik: Kapsul memiliki tingkat penyerapan (bioavailabilitas) yang lebih tinggi dibanding tablet, memastikan lebih banyak zat aktif yang masuk ke dalam aliran darah.

e. Praktis: Kapsul lebih mudah untuk dikonsumsi dan dibawa ke mana-mana dibandingkan dengan bentuk sediaan lain seperti sirup atau suspensi. (Healthline, 2023)

KHASIAT KANDUNGAN PRODUK

Daun kelor atau Moringa oleifera memiliki kandungan senyawa Fitosterol yang berfungsi untuk meningkatkan dan melancarkan produksi ASI karena efek dari laktagogum (Kurniasih, 2013). Laktagogum sendiri merupakan zat yang dapat meningkatkan produksi ASI. Selain Fitosterol, daun kelor juga mengandung Fe 5,49mg/100g dan juga sitosterol 1,15%/100gr dan stigmasterol 1,52%/100gr, dimana zat-zat tersebut dapat merangsang peningkatan produksi ASI (Nurcahyati, 2014). Hasil penelitian dengan judul “Pengaruh Daun Kelor Terhadap Produksi ASI pada Ibu PostPartum di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran” menunjukkan bahwa ibu yang diberikan daun Kelor memiliki produksi ASI lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak diberi daun kelor. Pada ibu yang diberi daun kelor mengalami peningkatan produksi ASI sebesar 823,75mL. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata pemberian daun kelor mampu meningkatkan produksi ASI dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak diberi daun kelor.

Ekstrak temulawak memiliki dampak yang signifikan pada hormon prolaktin,produksi ASI, frekuensi buang air kecil dan besar bayi, serta durasi tidur bayi. Hal ini menegaskan bahwa ekstrak temulawak bermanfaat bagi ibu pasca melahirkan. Selain itu, ekstrak temulawak kaya akan antioksidan, mengandung komponen metabolit sekunder seperti kurkuminoid dan flavonoid, serta memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibanidngkan dengan alfa tokoferol. Selain itu, ekstrak temulawak juga mengandung vitamin A tinggi dan merupakan sumber polifenol yang sangat baik untuk meningkatkan produksi ASI dan prolaktin (Supriyana, 2017). Fidaorini (2015) menyebutkan bahwa ekstrak temulawak dalam konsentrasi 20% dan 40% dapat secara signifikan meningkatkan produk ASI. Penggunaan temulawak oleh ibu pasca melahirkan juga mempengaruhi kelancaran produk ASI. Hal ini disebabkan oleh kandungan lipid dan struktur hormonal dalam Curcumae xanthorrizae rhizoma yang aktif dalam proses produksi ASI karena menunjukkan efek laktagogum.

Penelitian dengan judul “The Effectiveness of Consumption between Temulawak Extract (Curcuma xanthorrhiza) and Katuk Leaves (Sauropus androgynus) towards Breast Milk Launch in Postpartum Mothers” menunjukkan bahwa ekstrak temulawak dan rebusan air katuk bermanfaat dan mempengaruhi kelancaran produksi ASI. Ekstrak temulawak dan daun katuk dapat sama-sama digunakan sebagai alternatif yang memiliki sifat yang sama dalam memudahkan pelepasan ASI pada ibu pasca persalinan yang mengalami masalah dengan kelancaran produksi ASI, terutama pada masalah kelancaran produksi ASI. Tanaman yang efektif untuk meningkatkan sekresi ASI dapat mengandung bahan aktif yang bekerja seperti Hormon Pelepas Prolaktin, mengandung senyawa steroid aktif, mengandung bahan aktif efektif seperti prolaktin, dan mengandung bahan aktif yang efektif seperti oksitosin. Temulawak memiliki kandungan hampir dari semua zat-zat ini (Ardela dkk., 2021). Meningkatnya produksi ASI juga dipicu oleh hormon oksitosin. Hormon sitosin ini dipengaruhi oleh polifenol yang terdapat di dalam daun katuk. Peningkatan hormon ini akan membuat ASI mengalir lebih banyak dari biasanya (Rahmanisa, 2016). Daun katuk berguna sebagai sumber nutrisi dan antioksidan. Kandungan dari daun katuk termasuk senyawa fitokimia seperti saponin, flavonoid, dan tanin. Selain itu, daun katuk juga mengandung jenis zat yang berfungsi sebagai laktagogum yang bermanfaat untuk memperlancar produksi ASI. Sedangkan kandungan alkaloid dan sterol dari daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI karena dapat meningkatkan metabolisme glukosa untuk sintesis laktosa sehingga produksi ASI dapat meningkat (Juliastuti, 2019).

SEGMENTASI PRODUK

Segmentasi pasar adalah proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan karakteristik tertentu. Biasanya segmentasi terdiri dari 5 unsur, yaitu demografis, geografis, psikografis, kebiasaan, dan individu.

a. Segmentasi Demografis
Segmentasi demografis dapat dilihat berdasarkan karakteristik calon konsumen. Target utama pengguna produk Asilact adalah untuk ibu-ibu muda dengan usia 20-40 tahun yang baru saja melahirkan atau akan melahirkan dengan tingkat pendapatan menengah ke atas yang memiliki kesadaran akan pentingnya ASI untuk pertumbuhan anak.

b. Segmentasi Geografis
Fokus pemasaran yang dilakukan oleh produk Asilact adalah pada apotek di kota-kota besar seluruh Indonesia, terutama Yogyakarta, karena umumnya penduduk perkotaan lebih sadar akan Kesehatan sehingga memiliki keinginan yang tinggi untuk membeli produk kesehatan. Pemilihan lokasi apotek yang strategis dan mudah dijangkau oleh konsumen ini untuk membantu menjual dan memasarkan produk Asilact. Selain itu pemasaran juga dilakukan dengan mendistribusikan produk ini kepada bidan agar mereka dapat merekomendasikan produk ini untuk digunakan pada ibu hamil dan ibu menyusui yang ditanganinya.

c. Segmentasi Psikografis
Pemasaran produk dari segi psikografis dapat dilihat dari nilai, keinginan, tujuan, ketertarikan, dan pilihan gaya hidup dari calon pembeli. Jika membahas segmentasi dari unsur psikografis, produk Asilact ini cocok digunakan untuk ibu-ibu yang peduli akan gaya hidup sehat termasuk kebiasaan makan–makanan organik dan herbal. Selain itu juga cocok untuk ibu-ibu yang memprioritaskan penggunaan bahan-bahan alami dan tradisional dalam perawatan diri dan kesehatan keluarga mereka.

d. Segmentasi Perilaku
Segmentasi perilaku dilakukan dengan mengelompokkan pasar didasarkan pada tingkah laku atau kebiasaan pembeli. Produk Asilact ini ditargetkan untuk ibu-ibu dengan kebiasaan yang mengutamakan pemberian ASI sebagai nutrisi utama untuk bayi mereka, serta untuk ibu-ibu yang sudah terbiasa konsumsi suplemen herbal atau produk kesehatan sejenis.

e. Segmentasi Individu
Kemudian untuk segmentasi pasar yang lebih spesifik dapat dilihat dari individu penggunanya. Produk Asilact ini ditargetkan untuk ibu-ibu dengan kondisi kesehatan tertentu yang membutuhkan bantuan tambahan untuk meningkatkan produksi ASI. Selain itu juga ditargetkan untuk ibu-ibu yang sudah memiliki pengalaman positif dengan produk sejenis atau pernah menggunakan ramuan herbal untuk meningkatkan produksi ASI.

CARA PENYIMPANAN

Produk ini harus disimpan di tempat tertutup rapat yang kering dan sejuk dengan kisaran suhu antara 15℃ – 30℃, serta terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Produk Asilact ini harus disimpan dalam kemasan asli dan tidak disarankan mengganti kemasan ke botol lain. Produk ini tidak boleh disimpan di tempat yang panas dan lembab karena dapat mengakibatkan kerusakan kapsul yang mempengaruhi stabilitas obat tersebut dan dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Penyimpanan produk ini harus dilakukan dengan benar sesuai petunjuk yang tertera pada brosur kemasan produk supaya terhindar dari kerusakan fisik dan kimia, serta agar keamanan dan mutu produk tetap terjamin.

DAFTAR PUSTAKA

  • Ardela, M. P., Aminah, S., Supraptiningsih, Nuvitaningrum, F. K., Yuliana, A, 2021, The Effectiveness of Consumption between Temulawak Extract (Curcuma xanthorrhiza) and Katuk Leaves (Sauropusandrogynous) towards Breast Milk Launch in Postpartum Mothers, Journal of Global Research in Public Health, 6(1), 38-41.
  • Djanah, Muslihatun, 2017, Akupresur Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum, Jurusan Kebidanan Poltekkes Yogyakarta, Yogyakarta
  • Fahriani R, Rohsiswatmo R, Hendarto A., 2016, Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Cukup Bulan yang Dilakukan InisiasiMenyusu Dini (IMD), Sari Pediatr, 15(6):394.
  • Faisal, Lelani R, Andriana N., 2018, Hubungan Status Pubertasdengan Stunting Pada Anak Siswi SD dan SMP di Kecamatan Tempuran KabupatenKarawang. J Pengabdi Kpd Masy.
  • Fidaroini AR, 2015, Pengaruh konsumsi temulawak oleh ibunifas terhadap kelancaran produksi ASI [Effect of consuming curcuma on breast milk production in postpartum mothers, Ngudia Husada Madura Library, Madura.

Dapatkan produk Asilact disini.

PRODUK JAMU TERKAIT TULISAN INI
asilact
Asilact
Klik Link dibawah untuk Pembelian
HUBUNGI KAMI :
Bagikan :
Facebook
WhatsApp
Email

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Lihat Juga artikel Lainnya

Artikel Terkait

krangean
NatureAce

Krangean

Krangean memiliki habitus : Pohon, tinggi kurang lebih 15 m. Batang : Tegak, berkayu, bulat, percabangan simpodial, putih kotor. Daun

Baca Semua...»
NatureAce

Rumput Mutiara

Rumput mutiara tumbuh rindang berserak, tinggi 15-50 cm, tumbuh subur pada tanah lembap di sisi jalan, pinggir selokan, mempunyai banyak

Baca Semua...»
diet
NatureAce

Diet

Apa itu Diet? Di tengah masyarakat masih banyak orang yang berpendapat bahwa pengertian diet hanya terbatas pada pantangan atau larangan

Baca Semua...»
bakungan
NatureAce

Bakungan

Bakungan merupakan tumbuhan yang umum dibudidayakan sebagai tanaman hias / kadang di jumpai tumbuh di pinggir-pinggir jalan, mulai dari ketinggian

Baca Semua...»
asam gelugur
NatureAce

Asam Gelugur

Asam Gelugur Asam gelugur atau asam potong dapat dikonsumsi mentah maupun jadi bagian olahan masakan atau asinan. Buah dengan nama

Baca Semua...»
NatureAce

Hemofilia

Hemofilia merupakan penyakit langka di mana darah tidak membeku secara normal karena kekurangan protein untuk pembekuan darah. Jika seseorang menderita

Baca Semua...»
NatureAce

Iles-iles

Habitus : semak, tinggi kurang lebih 1 m. Batang : lunak, bulat, halus, membentuk umbi, hijau. Daun : tunggal, bentuk

Baca Semua...»
mungsi arab
NatureAce

Mungsi Arab

Mungsi Arab berasal dari Cina, terdapat sampai 3000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini menyenangi tanah yang cukup lembap

Baca Semua...»
NatureAce

Malaria

Malaria adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang tersebar melalui gigitan nyamuk. Malaria menyebabkan gejala demam dan menggigil yang

Baca Semua...»

Login

0