Biologi kayu manis
Kayu manis (Cinnamon) mempunyai nilai ekonomi sehingga banyak dibudidayakan di kebun-pekarangan rumah masyarakat diperdesaan. Di perkotaan, kayu manis saat ini juga digunakan sebagai instrumen taman karena keindahan perawakan tanaman dankomposisi daun tanaman yang indah. Kayu manis adalah anggota dari genus Cinnamon, salah satu genus dengan anggota spesies mencapai 250 spesies. Kebanyakan dari spesies-spesies Cinnamon bersifat aromatic. Cinnamon yang dikenal sebagai kayu manis diduga berasal dari Sri Lanka dan daerah sebelah Tenggara semenanjung India. Cinnamon berkerabat erat dengan Cassia yang diduga asli berasal dari daratan Cina. Keduanya adalah tanaman tropik hijau sepanjang tahun yang dapat tumbuh mencapai ketinggian 15 meter (De Guzman & Siemonsma, 1999; Blumenthal et al., 2000). Saat ini, terdapat tiga spesies dari Cinnamon yang banyak dibudidayakan karena mempunyai nilai ekonomi, yaitu C. burmanii, C. zeylanicum dan C. cassia .
Daun dan batang kayu manis bersifat aromatik. Batang tanaman kayu manis hidup mudah dikenali karena mempunyai tekstur licin tidak bergaris. Warna batang coklat hingga coklat kemerahan. Batang bergetah kuning muda atau keputihan. Batang mengeluarkan bau yang sangat khas. Daun tunggal dan kaku. Panjang tangkai daun berkisar antara 0,5 sampai 1,5 cm. Daun mempunyai ciri khas berupa tiga buah tulang daun yang tumbuh melengkung. Daun kaya akan kelenjar yang mengeluarkan bau harum. Daun mudah dikenali karena berhadapan dan berseling, berbentuk lonjong hingga lanset. Saat muda daun berwarna merah dan berubah menjadi hijau saat tua. Secara visual, pemandangan ini sangat menarik sehingga kayu manis sering dipakai sebagai tanaman hias. Bunga tanaman kayu manis mempunyai ukuran yang kecil dan termasuk bunga sempurna. Bunga berwarna kuning dengan 6 helai kelopak dan 12 helai benang sari (De Guzman & Siemonsma, 1999).
Di Indonesia, kayu manis dapat tumbuh ideal pada ketinggaian 500-1500 m dpl dengan curah hujan ideal 2000-2500 mm per tahun. Pada beberapa lokasi tanaman kayu manis masih dapat dijumpai pada ketinggian 2000 m dpl. Kayu manis tumbuh pada tanah lempung berpasir dengan hara yang kaya akan bahan organic. Budidaya tanaman kayu manis pada kebun kebun Masyarakat seringkali menghadapi serangan dari hama penyakit, antara lain adalah bercak daun yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides dan serangan benih tanaman kayu manis oleh jamur Diplodia sp. Serangga hama yang sering menyerang tanaman kayu manis adalah sejenis kupu-kupu Chilasa clytia dan Monopomorpha civica. Serangan hama dan penyakit ini sering menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan pada perkebunan kayu manis (Anadaraj et al, 2005).
Aspek ekonomi
Kayu manis mempunyai nilai ekonomi yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat perdesaan (Gambar 5.1). Kayu manis telah digunakan sebagai rempah-rempah sejak ribuan tahun yang lampau. Di Mesir kayu manis adalah salah satu material yang digunakan dalam pembuatan cairan balsam untuk preservasi tubuh atau bagian tubuh manusia. Dalam kitab kedokteran Ayurweda, kayu manis digunakan sebagai antiemetic, antidiare, antiflatulent dan stimulan dasar. Bangsa Portugis pertama kali mengenali kayu manis tumbuh di Srilanka pada awal abad 16 M. Pada abad 16-17 M, Portugis memperkenalkan kayu manis kepada masyarakat Eropa. Dengan introduksi Portugis, kayu manis segera dikenal dan mendapatkan tempat dalam perdagangan rempah di Eropa. Nilai perdagangan dan ekonomi kayu manis yang baik pada masa itu menyebabkan Belanda menguasai Sri Lanka pada pertengahan abad 17 M. Pada pada akhir abad 17 M, Inggris menguasai Sri Lanka. Selanjutnya The East India Company menjadi pemain tunggal dan ekporter utama kayu manis ke Eropa. Pada perkembangan selanjutnya, Belanda melakukan kultivasi kayu manis kayu manis di Pulau Jawa dan meramaikan pasar perdagangan kayu manis di Eropa.
Sampai saat ini, Sri Langka adalah pemasok utama kulit dan minyak kayu manis yang diekstrak dari daun dan batang. Industri makanan lebih menyukai kayu manis Srilanka, sementara dunia industry mempergunakan baik minyak yang diekstrak dari kayu manis Srilangka atau Ceylon cinnamon (dikenal sebagai Cinnamon oil) dan dari cinnamon cina (Cassia oil). Cina adalah ekpoter utama dari Cassia cinnamon (Barceloux, 2009).
Kandungan kimia dan nutritif
Tanaman kayu manis kaya akan senyawa kimia bermanfaat dan memiliki kandungan nutritif yang baik bagi kesehatan manusia. Kayu manis mempunyai kekuatan antioksidan tertinggi diantara semua bahan pangan sebagaimana ditunjukkan oleh nilai ORAC (Oxygen radical absorbance capacity) yang mencapai 2.67.536 trolex equivalents (TE). Komponen penting minyak esensial lainnya adalah ethyl cinnamate, linalool, cinnamaldehyde, beta-caryophyllene, dan methyl chavicol. Kayu manis adalah salah satu sumber terbaik dari anti oksidan flavonoid fenolik seperti carotenes, zea-xanthin, lutein dan cryptoxanthin.
Pemanfaatan kayu manis
Kayu manis sejak lama telah digunakan oleh bangsa-bangsa di dunia. Berbagai praktek pengobatan tradisional menggunakan kayu manis sebagai tanaman obat. Di Tamil Nadu India, Maridass dan Victor (2008) melaporkan semua spesies Cinnamomum mempunyai sifat multifungsi, utamanya dalam pencegahan dan penyembuhan penyakit. Masyarakat Tamin Nadu menggunakan C. walaiwarense, C. trivancoricum dan C. malabatrum untuk penyembuhan sakit perut. Spesies C. riparium, C. sulphuratum, C. filipedicellatum and C. wightii digunakan dalam mengatasi deman, cacing usus, pusing dan problem menstruasi. Kayu manis adalah tumbuhan penting dalam pengobatan dan seni kuliner di Asia selatan.
Minyak esensial dari spesies Cinnamomum digunakan sebagai antimicrobial dan anti-inflamatori. Berbagai penggunaan tradisional percaya bahwa kayu manis bermanfaat sebagai obat batuk, sariawan, eksim, peluruh angin, peluruh keringat. Kayu manis juga dipercaya dapat mengatasi asam urat dan hernia. Kayu manis juga dimanfaatkan dalam penyembuhan diabetes. Fungsi lain dari kayu manis bagi tubuh adalah mencegah penggumpalan darah, anti kanker, meningkatkan fungsi otak, menurunkan kolesterol, mengontrol gula darah, dan menghangatkan tumbuh.
Kayu manis mengandung minyak esensial seperti eugenol yang berperan dalam memberikan rasa/efek psikologi menenangkan. Eugenol dapat berperan sebagai pembius lokal dan antiseptic sehingga banyak digunakan dalam prosedur penanganan penyakit gigi. Kayu manis mempunyai khasiat sebagai antioksidan, antidiabet, antiseptik, pembiusan lokal, antiinflamatori, dan menghangatkan. Komponen aktif dari rempah-rempah ini dapat meningkatkan motilitas dari saluran intestinal organ dari sistem pencernakan, sebagimana juga berperan dalam membantu system digestif dengan meningkatkan sekresi enzim gastro-intestinal. Kayu manis bermanfaat dalam diet, antara lain berperan dalam control gula darah dan mengurangi kolesterol. Kayu manis digunakan dalam pengobatan penyakir neurodegeneratif.
Pemanfaatan kayu manis sebagai minuman sangat sederhana. Kayu manis direbus dengan menggunakan air mendidih untuk menghasilkan wedang kayu manis, atau sebagai bagian penting dalam aneka minuman penghangat dan menyehatkan seperti the rosella, secang, sinom dan aneka kreasi minuman herbal lainnya.
Kayu manis sebagai tanaman kebun
Kayu manis di budidayakan di kebun masyarakat sebagai salah satu tanaman penting dalam sistem ekonomi dan pendapatan keluarga petani. Statistik perkebunan menunjukkan bahwa peran dari perkebunan rakyat dalam produksi kayu manis nasional sangat penting. Di Indonesia, luas perkebunan yang menghasilkan kayu manis pada tahun 1967 tercatat seluas 14.637 hektar dengan produksi kulit kayu sebesar 8.265 ton. Budidaya pada lahan perkebunan negara dimulai pada tahun 1971 dengan laus area seluas 111 hektar. Budidaya kayu manis di perkebunan negara dengan kisaran luas 1000 hektar pernah terjadi pada tahun 1976-1987, namun selanjutnya budidaya tersebut menurun karena bisnis kayu manis dipandang kurang menarik. Sejak tahun 1993, tidak ada catatan tentang luas lahan budaya kayu manis, yang setidaknya menunjukkan kayu manis tidak dipertimbangkan sebagai komoditas rempah unggulan.
Sebaliknya, luas perkebunan kayu manis masyarakat semakin luas. Pada tahun 2014, luas area kebun kayu manis mencapai 101.735 hektar dengan produktifitas kulit kayu manis sebesar 89.490 ton. Volume ekport kayu manis pada tahun 1970-1979 berkisar antara 2.836 ton (tahun 1970) sampai 9.891 ton (tahun 1979). Nilai ekport mencapai 3.071.000 USD pada tahun 1970, naik menjadi 7.079 pada tahun 1979. Pada tahun 1990an, gairah untuk menanam kayu manis mulai meningkat. Pada tahun 2000, produktifitas kayu manis di masyarakat mencapai 31.256 ton dengan nilai ekport mencapai 21.318.000 USD. Pada tahun 2012, produktifitas kayu manis di masyarakat mencapai 40.403 ton dengan nilai ekport mencapai 49.593.000 USD. Sumatera Barat dan Jambi adalah pemasuk kayu manis penting.
Di luar kawasan tersebut, kayu manis dibudidayakan oleh masyarakat di kebun-kebun masyarakat di propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kalimantan selatan adalah salah satu pemasok kayu manis utama dari Pulau Kalimantan. Di Sulawesi, kayu manis banyak dikultivasi pada kebun masyarakat di propinsi Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Kayu manis juga banyak di budidayakan di kebun kebun di Maluku Utara.
Kayu manis dipelajari secara luas di Asia selatan sebagai herba beranfaat dan bernilai ekonomi. Di Indonesia, kajian tentang pemanfaatan kayu manis masih kurang. Penelitian-penelitian dasar dan terapan dari kayu manis sangat kurang. Penanaman kayu manis ada kebun-kebun tradisional masyaraat di Jawa juga dilakukan tanpa pengelolaan tanaman yang serius. Banyak tanaman kayu manis bahkan tumbuh liar di kebun. Petani dengan lahan terbatas kurang memiliki minat dalam menanam kayu manis. Di Pemalang, Jariyah & Wahyuningrum, (2008) melaporkan bahwa kayu manis umum ditanam sebagai pagar dan pembatas kebun. Masyarakat menanam kayu manis sebagai tanaman sela karena mempunyai prospek ekonomi yang baik.
Disadur dari : Luchman Hakim, Rempah & Herba Kebun-Pekarangan Rumah Masyarakat: Keragaman, Sumber Fitofarmaka dan Wisata Kesehatan-kebugaran, Diandra Pustaka Medika 2015
Comments are closed.